K.H. Achmad Djunaidi
(Pedurenan, Setiabudi, Jaksel)
K.H. Achmad Djunaidi adalah ulama Betawi hasil didikan sekaligus menantu Guru Ismail Pedurenan. Ia lahir pada tahun 1911 M / 1329 H di Kampung Pedurenan, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Setelah malang melintang di lautan ilmu, baik dalam maupun luar negeri pada tahun 1962, ia dikirim ke Makassar untuk menduduki posisi ketua Mahkamah Tinggi Islam Tinggi, meski hanya setahun. Selanjutnya ia ditarik kembali ke Jakarta dan aktif hingga tahun 1972.
Sejak saat itu dia belajar kepada Habib Ali bin Husain Al-Attas, yang lebih dikenal dengan sebutan “Habib Ali Bungur” (wafat 16 Februari 1976 / 16 Syafar 1396 H), selain kepada Habib Ali Kwitang.
Habib Ali Bungur sangat menyayangi K.H. Achmad Djunaidi. Lebih dari itu, sebagai pengakuan kualitas keilmuan K.H. Achmad Djunaidi, jika menemui masalah-masalah yang perlu penelitian dan pemeriksaan lebih lanjut di kitab-kitab, Habib Ali Bungur sering meminta K.H. Achmad Djunaidi untuk memeriksanya di kitab-kitab atau mencarikan keterangan-keterangannya.
Di antara murid utamanya ialah Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf, putra Al-Walid Habib Abdurrahman bin Assegaf. Habib Umar, yang kini mejelisnya selalu dihadiri tak kurang dari 1.500 jamaah, belajar kepada K.H. Achmad Djunaidi kurang lebih selama 20 tahun. Ia mengakui kebesaran, keluasan, dan kedalaman ilmu K.H. Achmad Djunaidi.
K.H. Achmad Djunaidi wafat pada tanggal 23 Februari 1997 / 14 Syawwal 1417 H setelah dirawat di RS Harapan Kita, Jakarta Barat. Ia dimakamkan di pekuburan keluarganya, yang terletak di Menteng Dalam, Jakarta Selatan.
K.H. Achmad Djunaidi adalah ulama Betawi hasil didikan sekaligus menantu Guru Ismail Pedurenan. Ia lahir pada tahun 1911 M / 1329 H di Kampung Pedurenan, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Setelah malang melintang di lautan ilmu, baik dalam maupun luar negeri pada tahun 1962, ia dikirim ke Makassar untuk menduduki posisi ketua Mahkamah Tinggi Islam Tinggi, meski hanya setahun. Selanjutnya ia ditarik kembali ke Jakarta dan aktif hingga tahun 1972.
Sejak saat itu dia belajar kepada Habib Ali bin Husain Al-Attas, yang lebih dikenal dengan sebutan “Habib Ali Bungur” (wafat 16 Februari 1976 / 16 Syafar 1396 H), selain kepada Habib Ali Kwitang.
Habib Ali Bungur sangat menyayangi K.H. Achmad Djunaidi. Lebih dari itu, sebagai pengakuan kualitas keilmuan K.H. Achmad Djunaidi, jika menemui masalah-masalah yang perlu penelitian dan pemeriksaan lebih lanjut di kitab-kitab, Habib Ali Bungur sering meminta K.H. Achmad Djunaidi untuk memeriksanya di kitab-kitab atau mencarikan keterangan-keterangannya.
Di antara murid utamanya ialah Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf, putra Al-Walid Habib Abdurrahman bin Assegaf. Habib Umar, yang kini mejelisnya selalu dihadiri tak kurang dari 1.500 jamaah, belajar kepada K.H. Achmad Djunaidi kurang lebih selama 20 tahun. Ia mengakui kebesaran, keluasan, dan kedalaman ilmu K.H. Achmad Djunaidi.
K.H. Achmad Djunaidi wafat pada tanggal 23 Februari 1997 / 14 Syawwal 1417 H setelah dirawat di RS Harapan Kita, Jakarta Barat. Ia dimakamkan di pekuburan keluarganya, yang terletak di Menteng Dalam, Jakarta Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar