Hakim Ben Ali together with Evi Aprilia

Senin, 22 Oktober 2012

Al-Imam al-Quthbul Fard al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Asseqaf

Al Habib Abu Bakar Bin Muhammad Asseqaf (Gresik)



Sebuah Perjalanan Religius Seorang Kekasih Allah Hingga Maqom Shiddiqiyyah Kubro.
Al-Imam al-Quthbul Fard al-Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin Abu Bakar bin
Al-Habib Umar bin Segaf as-Segaf adalah seorang imam di lembah Al-Ahqof. Garis
keturunannya yang suci ini terus bersambung kepada ulama dari sesamanya hingga bermuara
kepada pemuka orang-orang terdahulu, sekarang dan yang akan datang, seorang kekasih nan
mulia Nabi Muhammad S.A.W. Beliau terlahir di kampung Besuki (salah satu wilayah di
kawasan Jawa Timur) tahun 1285 H. Ayahnya wafat di kota Gresik, sementara beliau masih
berumur kanak-kanak.
Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf tumbuh besar dalam asuhan dan penjagaan
yang sempurna. Cahaya kebaikan dan kewalian telah tampak dan terpancar dari kerut-kerut wajahnya, sampai-sampai di usianya ke-3 tahun mampu mengingat kembali peristiwa-peristiwa
yang pernah terjadi pada dirinya. Semua itu tak lain karena power (kekuatan) dan kejernihan
rohaninya, serta kesiapannya untuk menerima curahan anugerah dan Fath (pembuka tabir hati)
darinya.
Tahun 1293 H., atas permintaan neneknya yang sholehah Fatimah binti Abdullah (Ibunda
ayahnya), beliau merantau ditemani oleh al-Mukaram Muhammad Bazamul ke Hadramaut
meninggalkan tanah kelahirannya, Jawa. Di kala Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf
akan sampai di kota Sewun, beliau di sambut di perbatasan kota oleh paman sekaligus gurunya
Al-Allamah Abdullah bin Umar berikut para kerabat. Dan yang pertama kali dilantunkan oleh
sang paman bait qosidah al-Habib al-Arifbillah Syeh bin Umar bin Segaf seorang yang paling
alim di kala itu dan menjadi kebanggaan pada jamannya. Dan ketika telah sampai beliau dicium
dan dipeluk oleh pamannya. Tak elak menahan kegembiraan atas kedatangan sang keponakan
dan melihat raut wajahnya yang memancarkan cahaya kewalian dan kebaikan berderailah air
mata kebahagiaan sang paman membasahi pipinya.

Hati para kaum arifin memiliki ketajaman pandang. Mampu melihat apa yang tak kuasa
dilihat oleh pemandang.

Perhatian dan didikan sang paman telah membuahkan hasil yang baik pada diri sang
keponakan. Beliau belajar kepada sang paman Al-Habib Abdullah bin Umar ilmu fiqh dan
tasawuf, sang paman pun suka membangunkannya pada akhir malam ketika masih berusia
kanak-kanak guna menunaikan shalat tahajjud bersama-sama, Al-Habib Abu Bakar bin
Muhammad Assegaf mempunyai hubungan yang sangat kuat dalam menimba ilmu dari para
ulama dan pemuka kota Hadramaut. Mereka (para ulama) telah mencurahkan perhatiannya
pada Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf. Maka beliau RA.. Banyak menerima dan
memparoleh ijazah dari mereka. Diantara para ulama terkemuka Hadramaut yang
mencurahkan perhatian kepada nya, adalah Al-Imam Al-Arifbillah Al-Habib Ali bin Muhammad
Al-Habsyi, (seorang guru yang sepenuhnya mencurahkan perhatiannya kepada Al-Habib Abu
Bakar bin Muhammad Assegaf).
Al-Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi telah menaruh perhatian kepada Al-Habib Abu Bakar bin
Muhammad Assegaf semenjak masih berdomisili di Jawa sebelum meninggalkannya menuju
Hadramaut.
Al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi berkata kepada salah seorang murid seniornya, "Perhati
kanlah! Mereka bertiga adalah para wali, nama, haliyah, dan maqom (kedudukan) mereka
sama. Yang pertama adalah penuntunku nanti di alam barzakh, beliau adalah Quthbul
Mala Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Aidrus, yang kedua, aku melihatnya ketika
engkau masih kecil beliau adalah Al-Habib Al-Ghoust Abu Bakar bin Abdullah al-Atthos,
dan yang ketiga engkau akan melihat sendiri nanti di akhir dari umurmu."
Tatkala memasuki tahun terakhir dari umurnya, ia bermimpi melihat Rosulullah S.A.W.
sebanyak lima kali berturut-turut selama lima malam, sementara setiap kali dalam mimpinya
Rasulullah S.A.W. mengatakan kepadanya (orang yang bermimpi) : " Lihatlah di sampingmu,
ada cucuku yang sholeh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf "
! Sebelumnya orang yang bermimpi tersebut tidak mengenal Al-Habib Abu Bakar Assegaf
kecuali setelah dikenalkan oleh Baginda Rasul Al-Musthofa S.A.W. didalam mimpinya. Lantas
ia teringat akan ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi dimana beliau pernah berkata "
Mereka bertiga adalah para wali, nama dan kedudukan mereka sama ". Setelah itu ia (orang
yang bermimpi) menceritakan mimpinya kepada Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf
dan tidak lama kemudian ia meninggal dunia.
Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf mendapat perhatian khusus dan pengawasan
yang istimewa dari gurunya Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi sampai-sampai Al-Habib Ali
sendiri yang meminangkan beliu dan sekaligus menikahkannya. Selanjutnya (diantara para
masyayikhnya) adalah Al Allamah Al Habib Abdullah bin Umar Assegaf sebagai syaikhut
tarbiyah, Al Imam Al Quthb Al Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi sebagai syaikhut taslik,
juga Al Mukasyif AL Habib Abdul Qadir bin Ahmad bin Quthban sebagai syaikhul fath. Guru
yang terakhir ini sering memberi berita gembira kepada beliau," Engkau adalah pewaris
haliyah kakekmu Al-Habib Umar bin Segaf."
Sekian banyak para ulama para wali dan para kaum sholihin Hadramaut baik itu yang berasal
dari Sewun, Tarim dan lain-lain yang menjadi guru Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad
Assegaf, seperti Al-Habib Muhammad bin Ali Assegaf, Al-Habib Idrus bin Umar al-Habsyi,
Al-Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas, Al-Habib Abdurrahman Al-Masyhur, juga putera beliau
Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur, dan juga Al-Habib Syekh bin Idrus Al-Idrus dan
masih banyak lagi guru beliau yang lainnya.
Pada tahun 1302 H, ditemani oleh Al-Habib Alwi bin Segaf Assegaf , Al-Habib Abu Bakar
Assegaf pulang ketanah kelahirannya (Jawa) tepatnya di kampung Besuki. Selanjutnya pada
tahun 1305 H, ketika itu berumur 20 tahun beliau pindah ke kota Gresik sambil terus menimba
ilmu dan meminta ijazah dari para ulama yang menjadi sinar penerang negeri pertiwi Indonesia,
sebut saja Al-Habib Abdullah bin Muhsin Al-Atthas, Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Haddad,
Al-Habib Ahmad bin Abdullah Al-Atthas, Al-Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya, Al-Habib
Muhammad bin Idrus Al-Habsyi, Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdlar, dan lain sebagainya.
Kemudian pada tahun 1321 H, tepatnya pada hari jum'at ketika sang khatib berdiri diatas
mimbar beliau mendapat ilham dari Allah S.W.T. bergeming dalam hatinya untuk mengasingkan
diri dari manusia semuanya. Terbukalah hati beliau untuk melakukannya, seketika setelah
bergeming beliau keluar dari masjid jami' menuju rumah kediamannya. Al-Habib Abu Bakar bin
Muhammad Assegaf ber-uzlah atau khalwat (mengasingkan diri) dari manusia
selama lima belas tahun bersimpuh dihadapan Ilahi Rabbi. Dan tatkala tiba saat Allah
mengizinkan beliau untuk keluar dari khalwatnya, guru beliau Al-Habib Muhammad bin Idrus
Al-Habsyi mendatanginya dan memberi isyarat kepada beliau untuk mengakhiri masa
khalwatnya, Al-Habib Muhammad Al-Habsyi berkata : " selama tiga hari kami bertawajjuh dan
memohon kepada Allah agar Abu Bakar bin Muhammad Assegaf keluar dari khalwatnya",
lantas beliau menggandeng Al-Habib Abu Bakar Assegaf dan mengeluarkannya dari
khalwatnya. Kemudian masih ditemani Al-Habib Muhammad Al-Habsyi beliau R.A. menziarahi
Al-Habib Alawi bin Muhammad Hasyim, ssetelah itu meluncur ke kota Surabaya menuju ke
kediaman al Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Sambil menunjuk kepada al Habib Abu Bakar
bin Muhammad Assegaf Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi memproklamirkan kepada
para hadirin " Ini Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf termasuk mutiara berharga dari
simpanan keluarga Ba'Alawi, kami membukanya agar bisa menularkan manfaat bagi seluruh
manusia".
Setelah itu beliau membuka majlis ta'lim dirumahnya, beliau menjadi pengayom bagi mereka
yang berziarah juga sebagai sentral (tempat rujukan) bagi semua golongan diseluruh penjuru,
siapa pun yang mempunyai maksud kepadanya dengan dasar husnudz dzan niscaya ia akan
meraih keinginannya dalam waktu yang relatif singkat. Di rumahnya sendiri, Al-Habib Abu
Bakar bin Muhammad Assegaf telah menghatamkan kitab Ihya' Ulumuddin lebih dari 40 kali.
Pada setiap kali hatam beliau selalu menghidangkan jamuan yang istimewa. Al- Habib Abu
Bakar Assegaf betul-betul memiliki ghirah (antusias) yang besar dalam menapaki aktivitas dan
akhlaq para aslaf (pendahulunya), terbukti dengan dibacanya dalam majlis beliau sejarah dan
kitab-kitab buah karya para aslafnya.
Di saat terakhir hayatnya Al-Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf melakukan puasa selama
15 hari, setelah itu beliau wafat pada tahun 1376 H. dalam usia 91 tahun, dimakamkan di
pemakaman Masjid Jami' Alun-Alun, Greasik, Jawa Timur.
Adapun maqom (kedudukan) Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, telah mencapai
tingkat Shiddiqiyah Kubro. Hal itu telah diakui dan mendapat legitimasi dari mereka yang hidup
sezaman dengan beliau. Berikut ini beberapa komentar dari mereka.
Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar berkata :
"Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang ganjil. Sungguh al Akh
Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah mutiara keluarga Segaf yang terus
menggelinding (maqomnya) bahkan membumbung tinggi menyusul maqom-maqom para
aslafnya.
Al-Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad berkata :
"Sesungguhnya al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang Quthb al
Ghaust juga sebagai tempat turunnya pandangan (rahmat) Allah SWT".
Al-Arif billah Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi pernah berkata di rumah Al-Habib Abu
Bakar Assegaf dikala beliau membubuhkan tali ukhuwah antara beliau dengan Al-Habib Abu
Bakar Assegaf, pertemuan yang diwarnai dengan derai air mata. Al-Habib Ali bin Abdurrahman
Al-Habsyi berkata kepada para hadirin ketika itu :
"Lihatlah kepada saudaraku fillah Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf. Lihatlah
ia..! Maka melihat kepadanya termasuk ibadah"
Al-Habib Husein bin Muhammad Al-Haddad berkata :
"Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang khalifah.
Beliau adalah penguasa saat ini, beliau telah berada pada Maqom As Syuhud yang
mampu menyaksikan (mengetahui) hakekat dari segala sesuatu. Beliau berhak untuk
dikatakan "Dia hanyalah seorang hamba yang kami berikan kepadanya (sebagai
nikmat)".

Sumber: himpunan-aidid.org

Tidak ada komentar: